9++ Busana Budbahasa Papua – Aksesoris, Senjata & Baju Tradisional Sampai Modern
Pakaian Adat Papua – Keuntungan Indonesia sebagai negara kepulauan yang sungguh luas membuatnya mempunyai tradisi, budaya, serta etnis yang beragam. Salah satunya adalah Papua yang ialah provinsi paling timur di Indonesia dan berbatasan pribadi dengan Papua Nugini.
Pulau Irian atau Papua mempunyai kultur yang sangat unik. Baik dari tradisi, kebiasaan, bahasa, masakan, hingga busana tradisional yang dikenakan.
Koteka yakni busana adab Papua yang dikenal di seluruh nusantara. Namun sebenarnya ada aneka macam varian lain dari baju akhlak Papua dan keseluruhannya memiliki keunikan dan makna khusus dibaliknya penggunaannya.
Pakaian Adat Pria Papua
Pakaian budpekerti untuk pria Papua sangat sederhana, tidak banyak aksesoris yang dipakai. Pakaian tradisional maupun aksesorisnya terbuat dari materi-materi yang bisa didapat dari alam sekitar, baik berasal dari tumbuhan maupun fauna.
1. Pakaian Adat Suku Holim
Setidaknya ada 255 suku orisinil yang bertempat tinggal di provinsi Papua dan Papua Barat. Salah satu yang paling diketahui ialah Suku Dani. Para pria dari Suku Dani kerap mengenakan Pakaian Holim yang lebih diketahui dengan sebutan Koteka.
Fungsi Koteka yaitu untuk menutupi area kemaluan pria dan pakaian ini normal dipakai. Suku di Papua lainnya juga ada yang memakai Koteka walau bentuknya berlawanan-beda serta penyebutannya juga bisa berbeda di tiap suku. Bagi beberapa suku, pakaian tradisional ini disebut juga sebagai hilon, bobbe dan harim.
Terbuat dari kulit labu air, Koteka mampu dikenakan sehari-hari maupun saat diselenggarakannya upacara adat. Cara mengenakannya ialah dengan diikat ke pinggang dengan tali.
Koteka yang dikenakan sehari-hari ukurannya pendek dan tanpa goresan. Sementara untuk upacara adat, Koteka yang dikenakan umumnya dilengkapi dengan tabrakan etnik khas Papua serta ukurannya pun lebih panjang.
Seiring dengan berjalannya waktu, Koteka mulai jarang dikenakan. Bahkan penggunaan Koreka dihentikan di kawasan biasa mirip di kendaraan biasa atau sekolah. Pelarangan penggunaan Koteka ini awalnya menuai pro dan kontra sebab tidak disertai dengan penjelasan yang sempurna dan menyeluruh.
Saat ini kita masih mampu menyaksikan orang-orang Papua menggunakan Koteka saat upacara budpekerti. Selain itu, Koteka juga mampu didapatkan di toko souvenir. Banyak pelancong dari dalam maupun mancanegara berbelanja Koteka selaku buah tangan atau kenang-ingatan kunjungan mereka ke Papua. Saat ini, kaum pria lebih banyak mengenakan celana biasa, baik celana pendek maupun panjang dalam acara sehari-hari.
2. Rok Rumbai Pria
Pria Papua umumnya bertelanjang dada dan mengenakan celana rumbai yang yang dibuat dari daun sagu. Panjang rok rumbai ini biasanya hanya sebatas lutut.
Untuk melengkapi performa, laki-laki Papua mengenakan aksesoris lain berbentukgelang dan kalung yang terbuat dari taring babi atau gigi anjing. Ada juga yang menggunakan bulu burung cendrawasih. Aksesoris ini melambangkan kejantanan pria sejati.
Saat ini, sebelum mengenakan Rok Rumbai, kaum laki-laki lazimnya menggunakan celana pendek terlebih dulu, kemudian bab luarnya memakai celana rumbai.
3. Rumbai Kepala
Untuk hiasan kepala, kaum laki-laki Papua juga mengenakan aksesoris yang yang dibuat dari bulu burung kasuari berwarna coklat dan bulu kelinci berwarna putih. Bulu kelinci ada di bab bawah, sementara bulu kasuari yang panjang di bagian atas. Bentuknya menyerupai mahkota yang indah.
4. Tas Noken
Tas noken adalah tas yang yang dibuat dari kulit kayu yang dianyam. Tas ini dikenakan masyarakat Papua di belakang punggung, seperti tas ransel. Tas Noken mampu dikenakan baik oleh pria maupun wanita.
Fungsinya yaitu untuk menyimpan hasil berkebun, mirip sayur-mayur, umbi-umbian, dan buah-buahan. Tas Noken juga dapat dipakai untuk menyimpan hasil buruan, misalnya kelinci, burung, atau tikus.
Pakaian Adat Wanita Papua
Baju budbahasa kaum perempuan di Papua jenisnya lebih beragam, tetapi tetap tampaksederhana. Meskipun demikian, pembuatannya tidaklah gampang, sebab dibuat eksklusif dengan tangan. Sama mirip busana akhlak laki-laki, materi-bahannya juga dapat ditemukan di alam sekitar.
1. Pakaian Sali
Khusus untuk perempuan Papua yang masih lajang, mampu mengenakan Pakaian Sali. Pakaian unik ini yang dibuat dari materi kulit pohon. Untuk menciptakan Pakaian Sali yang sempurna, hanya dipilih kulit pohon berwarna coklat.
2. Rok Rumbia
Sama mirip rok rumbai yang dikenakan kaum laki-laki Papua, Rok Rumbia juga yang dibuat dari daun sagu yang sudah dikeringkan. Biasanya Rok Rumbia berskala lebih panjang, yakni mencapai lutut atau bahkan dibawah lutut.
Dulunya Rok Rumbia hanya dikenakan untuk menutupi badan bagian bawah, namun seiring dengan pertumbuhan jama dikala ini dibentuk juga atasan untuk wanita dari bahan yang sama.
3. Yokai
Jika wanita lajang memakai Pakaian Sali, maka untuk wanita yang sudah berkeluarga bisa mengenakan Yokai. Pakaian ini utamanya dikenakan di daerah pedalaman Papua Barat. Yokai tidak diperjualbelikan di toko souvenir atau di mana pun juga, alasannya adalah merupakan simbol penduduk Papua.
Makna pakaian akhlak ini ialah kedekatan masyarakat Papua dengan alam. Yokai berwarna coklat agak kemerahan dan dikenakan sebagai atasan yang dikombinasikan dengan Rok Rumbia.
Aksesoris Baju Adat Papua
Untuk melengkapi penggunaan busana tradisional Papua, maka dikenakan pula aksesoris yang diperoleh dari alam sekitar, antara lain:
- Gigi Anjing dan Taring Babi – Gigi anjing dikenakan oleh orang-orang papua selaku kalung, sedangkan ataring babi dikenakan selaku tindik diantara lubang hidung.
- Hiasan Rumbai Kepala – Kepala suku-suku Papua lazimnya dihiasi dengan rumbai-rumbai yang dibentuk seperti mahkota. Rumbai ini umumnya terbuat dari bulu kelinci serta bulu burung kasuari.
- Tas Noken – Tas noken yaitu tas yang yang dibuat dari anyamat flora, yaitu kulit kayu. Tas ini mampu digunakan untuk banyak sekali keperluan, mirip menyimpan buah, umbi-umbian, sayur, serta hasil buruan di hutan. Tas ini biasa dipakai dengan cara diikat di kepala atau diselempangkan. Tas noken terkenal dipakai oleh suku Asma dengan istilah Esse.
Senjata Tradisional Papua
Penggunaan senjata tradisional di penduduk Papua sungguh akrab kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Senjata tradisional ini juga dipakai untuk melengkapi pakaian adab Papua, antara lain:
a. Tombak
ialah senjata tradisional Papua yang dipakai untuk berburu binatang secara jarak jauh. Senjata ini yang dibuat dari kayu dan watu yang ujungnya diruncingkan, selain itu ujung tombak juga biasa dibuat dari tulang. Seiring kemajuan zaman, mata tombak saat ini terbuat dari materi logam. Tak jarang, saat berburu mereka memperlihatkan racun di mata tombak untuk menciptakan binatang buruan lumpuh atau mati.
b. Busur dan Anak Panah
Selain tombak, banyak suku Papua yang menggunakan busur atau panah untuk berburu dan berperang antar suku. Sama seperti ujung tombang, ujung mata panah terkadang juga diberi racun supaya memperlihatkan imbas lumpuh dan mematikan. Bahan pembuatan busur adalah kayu, bambu, serta tulang yang diruncingkan.
c. Belati
Pisau atau belati Papua biasanya terbiat dari tulang burung kasuari yang diasah dan menjadi sangat tajam. Saat membuat pisau ini diberi aksesoris dari bulu burung kasuari serta racun pada ujung pisau supaya efektif dipakai dikala berburu.
d. Kapak
Kapak yakni senjata tradisional Papua yang lazimnya digunakan untuk bertani, berladang atau berkebun. Kapak juga dipakai untuk menebas lebatnya hutan Papua agar suku-suku ini mampu berpindah. Kapak Papua biasanay terbuat dari rotan dan mata kapak yang dibuat dari watu yang ditajamkan.
Pakaian Adat Papua Modern
Seiring berjalannya waktu, Suku Papua pun memiliki beberapa pakaian etika yang mengikuti perkembangan norma dan hukum. Pakaian budbahasa Papua yang lebih modern umumnya cuma dikenakan pada ketika upacara adab. Jenis baju tradisional ini bisa diperjualbelikan, namun ada juga yang tidak.
1. Baju Kani Rumput
Baju Kani Rumput yaitu salah satu pakaian budbahasa Papua modern. Baju Kani Rumput berasal dari wilayah Sorong Selatan. Baju Kani Rumput bisa dikenakan oleh pria maupun perempuan.
Sama mirip Rok Rumbia, Baju Kani Rumput juga yang dibuat dari daun sagu yang sudah dikeringkan. Penggunaan daun sagu juga tidak asal-asalan, ialah harus diambil dikala air bahari sedang pasang. Daun sagu yang dipilih adalah bagian pucuknya.
Setelah dikeringkan, daun sagu berikutnya dianyam dengan tangan. Penganyaman ini menggunakan kayu sepanjang 1 meter untuk mengaitkan ujung tali.
Karena menggunakan materi pilihan dan proses pembuatan yang tidak gampang, harga Baju Kani Rumput juga cukup tinggi. Untuk rok harganya mencapai Rp 500 ribu. Sementara untuk 1 set dengan atasan, harganya mencapai 2 kali lipatnya.
Baju Kani Rumput hanya dikenakan saat upacara akhlak, misalnya saat pesta mengirim mas kawin. Baju Kani Rumput ini juga umumdiperjualbelikan untuk souvenir atau buah tangan.
2. Baju Kurung Papua
Baju Kurung ialah baju tradisional yang menerima pengaruh dari budaya di luar Papua, serta sekaligus menjadi pakaian akhlak modern Papua. Baju Kurung utamanya dipakai oleh kaum wanita, terutama yang menetap di sekeliling kita Manokwari.
Baju Kurung khas Papua ini terbuat dari kain beludru. Biasanya dilengkapi dengan dekorasi berbentukrumbai bulu di bagian leher, lengan, atau pinggang. Baju Kurung lazimdikombinasikan dengan Rok Rumbia dan dikenakan pada program akhlak.
Untuk mempercantik penampilan, kaum perempuan Papua biasa menyertakan aksesoris berupa gelang dan kalung. Aksesorisnya pun Istimewa, karena yang dibuat dari bahan alam, yaitu biji-bijian yang dirangkai dengan benang. Untuk melengkapi penampilan, dikenakan juga epilog kepala yang terbuat dari bulu burung kasuari.
Comments
Post a Comment